Friday, October 6, 2017

Asal Muasal KOTA LUMAJANG, WAOOWWWW

Nama Lumajang berasal dari "Lamajang" yang diketahui dari penelusuran sejarah, data prasasti, naskah-naskah kuno, bukti-bukti petilasan dan hasil kajian pada beberapa seminar dalam rangka menetapkan hari jadinya.
Sejarah Lumajang kemungkinan mulai tercatat pada abad ke-12, ketika Lumajang telah dianggap sebagai tempat yang cukup penting semenjak tahun 1182 M.

Beberapa bukti peninggalan yang ada antara lain:
1.      Prasasti Mula Malurung
2.      Naskah Negara Kertagama
3.      Kitab Pararaton
4.      Kidung Harsa Wijaya
5.      Kitab Pujangga
6.      Serat Babad Tanah Jawi
7.      Serat Kanda

Karena Prasasti Mula Malurung di nyatakan sebagai prasasti tertua dan pernah menyebut-nyebut "Negara Lamajang" maka dianggap sebagai titik tolak pertimbangan hari jadi Lumajang.
Prasasti Mula Malurung ini ditemukan pada tahun 1975 di Kediri. Prasasti ini ditemukan berangka tahun 1977 Saka, mempunyai 12 lempengan tembaga . Pada lempengan VII halaman a baris 1—3 prasasti Mula Malurung menyebutkan "Sira Nararyya Sminingrat, pinralista juru Lamajang pinasangaken jagat palaku, ngkaneng nagara Lamajang" yang artinya: Dia Nararyya Sminingrat (Wisnuwardhana) ditetapkan menjadi juru di Lamajang diangkat menjadi pelindung dunia di Negara Lamajang tahun 1177 Saka pada Prasasti tersebut setelah diadakan penelitian / penghitungan kalender kuno maka ditemukan dalam tahun Jawa pada tanggal 14 Dulkaidah 1165 atau tanggal 15 Desember 1255 M.
Mengingat keberadaan Negara Lamajang sudah cukup meyakinkan bahwa 1255M itu Lamajang sudah merupakan sebuah negara berpenduduk, mempunyai wilayah, mempunyai raja (pemimpin) dan pemerintahan yang teratur, maka ditetapkanlah tanggal 15 Desember 1255 M sebagai hari jadi Lumajang yang dituangkan dalam Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Lumajang Nomor 414 Tahun 1990 tanggal 20 Oktober 1990

Sejarah Raja Lumajang / Lamajang Tigang Juru
menurut Kidung Harsawijaya, sesuai dengan "Perjanjian Sumenep" tepatnya pada 10 Nopember 1293 Masehi, Raden Wijaya diangkat menjadi raja Majapahit yang wilayahnya meliputi wilayah-wilaah Malang (bekas kerajaan Singosari), Pasuruan, dan wilayah-wilayah di bagian barat sedangkan di wilayah timur berdiri kerajaan Lamajang Tigang Juru yang dipimpin oleh Arya Wiraraja yang kemudian dalam dongeng rakyat Lumajang disebut sebagai Prabu Menak Koncar I.
Kerajaan Lamajang Tigang Juru ini sendiri menguasai wilayah seperti Madura, Lamajang, Patukangan atau Panarukan dan Blambangan. Dari pembagian bekas kerajaan Singosari ini kemudian kita mengenal adanya 2 budaya yang berbeda di Provinsi Jawa Timur, dimana bekas kerajaan Majapahit dikenal mempunyai budaya Mataraman, sedang bekas wilayah kerajaan Lamajang Tigang Juru dikenal dengan "budaya Pendalungan (campuran Jawa dan Madura)" yang berada di kawasan Tapal Kuda sekarang ini.
Prabu Menak Koncar I (Arya Wiraraja)ini berkuasa dari tahun 1293- 1316 Masehi. Sepeninggal Prabu Menak Koncar I (Arya Wiraraja), salah seorang penerusnya yaiti Mpu Nambi diserang oleh Majapahit yang menyebabkan Lamajang Tigang Juru jatuh dan gugurnya Mpu Nambi yang juga merupakan patih di Majapahit. Babad Pararaton menceritakan kejatuhan Lamajang pada tahun saka "Naganahut-wulan" (Naga mengigit bulan) dan dalam Babad Negara Kertagama disebutkan tahun "Muktigunapaksarupa" yang keduanya menujukkan angka tahun 1238 Saka atau 1316 Masehi. Jatuhnya Lamajang ini kemudian membuat kota-kota pelabuhannya seperti Sadeng dan Patukangan melakukan perlawanan yang kemudian dikenal sebagai "Pasadeng" atau perang sadeng dan ketha pada tahun 1331 masehi.
Ketika Hayam Wuruk melakukan perjalanan keliling daerah Lamajang pada tahun 1359 Masehi tidak berani singgah di bekas ibu kota Arnon (Situs Biting). Malah perlawanan daerah timur kembali bergolak ketika adanya perpecahan Majapahit menjadi barat dan timur dengan adanya "Perang Paregreg" pada tahun 1401-1406 Masehi. Perlawanan masyarakat Lamajang kembali bergolak ketika Babad Tanah Jawi menceritakan Sultan Agung merebut benteng Renong (dalam hal ini Arnon atau Kutorenon) melalui Tumenggung Sura Tani sekitar tahun 1617 Masehi. Kemudian ketika anak-anak Untung Suropati terdesak dari Pasuruan, sekali perlawanan dialihkan dari kawasan Arnon atau Situs Biting Lumajang.


Wedono, Patih Afdeeling dan Bupati yang pernah dan sedang memimpin Lumajang antara lain:
I. Jaman Pemerintahan Wedono
1. Raden Mas Singowigoeno, Wedono Distrik Loemadjang ( 1882 - 1886 )
II. Jaman Pemerintahan Patih Afdeeling
2. Raden Panji Atmo Kusumo, Patih Afdeeling Loemadjang ( 1886 - 1890 )
3. Raden Mas Singowigoeno, Patih Zelfstandig Afdeeling Loemadjang ( 1890 -1920 )
4. RT Kertodirejo, Patih Afdeeling Loemadjang ( 1921- 1928 )
III. Jaman Pemerintahan Bupati, tahun 1929 adalah perlalihan dari Daerah Afdeeling ke Kabupaten.
5. RT Kertodirejo ( 1928- 1941 )
6. R. Abu Bakar (1941 - 1948 )
7. R. Sastrodikoro (1948 - 1959 )
8. R. Sukardjono (1959 - 1966 )
9. RN.G. Subowo (1966 - 1973 )
10. Suwandi (1973 - 1983 )
11. Karsid (1983 - 1988 )
12. H.M. Samsi Ridwan ( 1988 - 1993)
13. Tarmin Hariyadi ( 1993 - 1998 )
14. Drs. Achmad Fauzi ( 1998 - 2008 )
15. Dr. H. Sjahrazad Masdar, MA ( 2008 - 2013 )

Pustaka Sejarah
Mansur Hidayat, Sejarah Lumajang: Melacak Ketokohan Arya Wiraraja dan Lamajang Tigang Juru. Denpasar: Cakra Press, 2012.
Mansur Hidayat, Arya Wiraraja dan Lamajang Tigang Juru: Menafsir Ulang Sejarah Majapahit Timur. Denpasar: Pustaka Larasan, 2013.

SALAM KOMPAK KOTA PISANG, salam gedang saklirang.
terimakasih.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Kabupaten_Lumajang

0 comments:

Post a Comment

terima kasih telah berkunjung di blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan